Qurban Bersama Korban

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahakan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata: ‘Aku pasti membunuhmu!’ berkata Habil: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa’,” (Q.S. Al-Maidah: 27).

Daerah saya, Tasikmalaya, adalah salah satu daerah korban bencana gempa Jawa Barat beberapa bulan lalu bersama Bandung dan Cianjur. Memang sudah agak lama, tapi masih menyisakan puing-puing kerusakan rumah, kehilangan mata pencaharian, dan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Muncullah ungkapan keluh-kesah dan hawatir dari lisan para korban gempa, “akan kah kita menikmati daging qurban tahun ini?” Lanjutkan membaca “Qurban Bersama Korban”

Kejujuran Kunci Entrepreneur

Oleh AMIN R. ISKANDAR

Dalam pentingnya menyoal perekonomian bangsa Indonesia dewasa ini, Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (LAZIS Muh) Kota Bandung bekerjasama dengan Bank Bukopin Cabang Kota Bandung dan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah menyelenggarakan seminar ekonomi. Seminar yang berlangsung Sabtu (21/11/09), bertempat di lantai tiga kampus STIE Muhammadiyah Kota Bandung, Jl. Karapitan. Sementara yang bertindak sebagai pemateri adalah Kepala Bank Bukopin Cabang Kota Bandung, Suroso; Staf Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Bandung, M. Murzid Hilmi Azis; dan Mahasiswa Pascasarjana UI Jakarta Program Ekonomi Keuangan Syariah, Iu Rusliana.
Acara yang dihadiri oleh kalangan pelajar, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Mahasiswa STIE Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, dan sebagian pengusaha menengah ke bawah ini berlangsung dalam durasi tiga jam. Di buka pukul 09.00 dan ditutup pukul 12.00. Dan, saat dibuka sesi tanya jawab, suasana diskusi begitu cair dan hangat. Lanjutkan membaca “Kejujuran Kunci Entrepreneur”

Drama Presma

(Untuk Jurnalistik UIN Bandung)

 

I

Sebanyak dua kubu yang bersyarikat datang ke kontrakan

Beradu pandangan mengadu pertimbangan

Saat malam tiba,

Kami singgah di Al-Fira.

 

Yang satu, satu strip di atas angkatan

Yang satu, dua strip di bawah angkatan

 

Waktu itu hanya sisa satu minggu

Masanya tiba generasi lama diganti yang baru

Rencananya pada Sabtu

Diganti dengan Rabu

 

Memang, berebut jabatan mesti penuh perhitungan

Membuang waswas akan kekecewaan

Tidak semudah dalam ucapan

Beberapa kali kami dapat kebencian

Mungkin akibat yang jadi kebiasaan

 

Setidaknya, kami jadi sedia

Sebab ada kepedulian yang tersisa

Satu generasi jangan jadi dua

Karena campur tangan yang tua

 

II

Cukuplah kami yang bergelut laksana thagut

Saling berebut soal dalam kabut

Sampai pada akhirnya perkara jadi kalut

Meninggalkan kesan generasi kalang kabut

 

Sebagai calon juru warta

Kami gagal berpihak sama rata

Hingga ada kata pengasingan

Dan kehilangan keseimbangan

 

Pun mereka yang jadi juru warta

Bertindak satu sisi juga

Mendengar dari satu suara

Lantas kami jadi tersangka

 

III

Malam dengan rincik hujan

Terpaksa kami tembus dengan kesungguhan

Tanpa lampu, tanpa risaukan kendaraan

Setengah jam kami tempuh perjalanan

 

Muka masam itu

Menyambut kami penuh bendu

Mungkin malu

Esok, kamilah yang jadi nomor satu

 

III

Satu pesan pada akhirnya

Berucap sekata adalah sia-sia

Ada bangga, ada cinta

Sementara luka..?

Biar milik beta saja

 

Dan tawa

Adalah titipan kami yang nyata

Hingga saat ini dan entah sampai kapan

Jabatannya tak pernah diserahkan.

 

Bandung, 20 November 2009

AMIN R ISKANDAR

Jiwa yang Terluka

Ada jiwa yang terluka

dari setiap sabda yang kueja

bersama penggalan drama

pada hari kedua.

 

Yang tua kurang bijaksana

si muda sulit terima

lampu yang sayup tak berkata

desingan senjata lirih bicara.

 

Hanya cemara tua

tubuhnya hitam terluka

terbakar kering tak bernyawa

lagi tanda binasa.

 

Tanahku tanah Sunda

Tubuhku Nusantara

Nyawaku Indonesia

Usiaku hampir senja.

 

Ada jiwa yang terluka

setiap pagi membagi tawa

bebatuan membelah raga

Batavia sembunyikan nista.

 

Apa masih ada sabda yang tersisa?

Ia keluar dari jiwa yang tak terluka.

 

Bandung, 11 Novenber 2009

Amin R Iskandar