Ya…. Allah Berikanlah…
Oleh IKA NURHAYATI
Ya Allah…
Seandainya Kau telah catatkan
Dia miliku tercipta buatku
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan antara kami
Agar kemesraan itu tetap abadi
Ya.. Allah ya.. Tuhanku yang Maha Pengasih
Seringkanlah kami melayari hidup ini
Ketepian yang sejahtera nan abadi
Tetapi ya… Allah
Seandainya telah Engkau takdirkan
Dia bukan milikku
Bawalah ia dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Dan periharalah aku dari kekecewaan
Ya… Allah ya… Tuhanku yang
Maha Mengerti
Berikanlah aku kekuatan
Bandung, 24 April 2008
Beda Antara Suka, Cinta dan Sayang
Oleh ARI ARYANTI
Di hadapan orang yang kau cintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Di hadapan orang yang kau sukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya
suasananya lebih indah sedikit
Di hadapan orang yang kau cintai,
jantung tiba-tiba berdebar lebih cepat
Di hadapan orang yang kau suaki,
kau hanya merasa senang dan gembira saja
Apabila kau melihat pada mata orang yang
kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila kau melihat mata orang yang kau sukai,
engkau hanya tersenyum saja
Di hadapan orang yang kau cintai, kata-kata yang keluar
barasal dari perasaan yang terdalam
Di hadapan orang yang kau sukai,
kata-kata yang keluar dari pikiran saja
Jika orang yang kau cintai menangis,
engkau pun akan ikut menangis di sisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan suka
diawali dari telinga
Jika kau mau berhenti menyukai seseorang, cukup dengan
menutup telinga
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari orang
yang kau cintai,
cinta itu berubah menjadi tetesan air mata dan terus
tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama
“Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta… ada perasaan
yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang… rasa yang tidak hilang secepat rasa
cinta.
Rasa yang tidak mudah berubah
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban untuk orang
yang kamu sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu
sayangi.
Cinta ingin memiliki. Tetapi sayang hanya ingin melihat
orang yang disayanginya bahagia… walau pun harus
kehilangan”.
Bandung, 24 April 2008
Do’a Dikala Ragu Akan Dirinya….
Oleh SITI NURAZIZAH AL-FITRI
Ya… Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan
Dia akan menjadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan di antara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah… ya Tuhanku yang Maha Mengasih
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah…
seandainya telah Engkau takdirkan…
… dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada di sisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangnya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa bahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta…
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tudak sama dengan dirinya…
Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah Aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah…
Cukuplah Engkau yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
……………………………………………….
Jangan biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
…………………………………………………..
Menjuruskan aku kea rah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapa membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang shaleh
Amiin… ya… rabbalalamin….
Bandung, 24 April 2008
Jarum Maut
Oleh FAHMI NM
Tatkala buih ombak terdengar menderu kencang dalam
kesepian, orang-orang berlari bagai kuda yang dikejar
serigala, petani berteriak bagai seorang anak kehilangan
ibunya, nelayan ketakutan layaknya hari akan kiamat,
anak-anak kebingungan, heran mencari ibu bapaknya
yang entah ke mana. Gelombang tinggi pun beserta air
kematian langsung melahap papan, besi berjalan, ibu,
bapak, anak, kakek, nenek, dan semua yang ada dalam
kematian, bagaikan ular memakan telur puyuh.
Setelah porak poranda ditelan air laut, ada yang berkata
itu adalah jarum maut bagi mereka, ada pun orang gila
mengatakan itu kesempatan emas untuk meraih berlian.
Ada juga yang berteriak itu adalah cobaan dan siksa
Tuhannya.
Persembahan Seorang Anak
Oleh FAHMI NM
Tiba aku untuk mengejar angan dan cita-cita
Merobah nasib dan takdir
Aku pergi bersama ketegaan dan do’a
Oh… ibu anakmu yang hina akan berjuang ke medan
perjuangan
Oh… ibu aku mohon do’amu yang menyertaiku membawa
anakmu ini ke jalan putih dan lurus bagai tanganmu yang
“suci”
Inilah jalanku ibu, untuk selalu dan lepas darimu, harus
mengenal jati diri walau aku tak boleh melupakan dirimu
Percayalah aku akan kembali dengan membawa riak-riak
perjuangan dan kekuatan air mata yang bisa membuatmu
bangga
Ibu… aku sadar itu tak bisa
Menggantikan cintamu yang sebesar langit dan bumi
Dan seharum aroma kasturi, dan sekokoh gunung alaksa.
Walaupun demikian inilah persembahan seorang anak
yang tak berguna buat ibunya…
Terimakasih… ibu…
Sajak Sang Penyair Tua
Oleh FAHMI NM
Tiris dan amat dingin dikala malam sehabis senja kala
Bulu roma pun berdiri kaku seolah berteriak
menginginkan kehangatan. Si tepian jalan duduk seorang
lelaki tua yang mengenakan mantel tipis dengan beberapa
robekan berada di lengannya.
Terlihat lelaku tua itu termenung dengan secarik sajak
yang lusuh bagai air mata seorang ibu. Tatkala ia
termenung petir dan halilintar membangunkan
lamunannya kemudian dengan mata yang berkaca-kaca
sang lelaki tua melantunkan sajaknya dengan parau.
“teringat di sepanjang pemukiman ethiopia hidup
seorang anak yang tak berdaya dan tak berdosa
terikat dalam penderitaan mendekat dalam
kematian, anak kecil itu sangat bahagia bila
menemukan rumput ilalang untuk dijadikan
makanan, kadang dia sedih jikalau maut tak mau
menjemputnya.
Sebenarnya dia mempunyai istana yang cukup
mewah baginya, istananya… istana yang kuat dan
anti air, karena bahannya terbuat dari kardus dan
kertas Koran yang ia dapatkan sehabis perang
dunia kedua. Orang tua anak itu adalah kesunyian
dan kesepian karna anak tersebut ditakdirkan
untuk sendiri dan tabah dengan kematian
keluarganya akibat biadab dan keserakahan
perang busuk.
Anak itu ialah malam hari yang tak pernah
menuju siang.
Anak itu adalah bintang yang telah terjatuh dan
kemudian menjadi batu.
Anak itu adalah kegembiraan karena kesakitan
yang teramat dalam.
Anak itu adalah bagan kematian diskriminasi
kelelahan jiwa.
Anak itu adalah korban dari kekejaman perang.
Anak itu adalah semangat hidup bagi seorang
syair
Anak itu ialah….. anak itu ialah… aku…!
Aku… dang lelaki tua tak berdaya yang
menunggu…. Menunggu dan terus menunggu
akan datangnya kematian”.
Mimpi
Oleh FAHMI NM
Aku pernah bertelanjang di atas warna putih dan
berteriak
Ada suatu jalan menghampar di atas tikar kasar yang
terselubung duri.
Di sana aku memejamkan mata melihat hiasan universal
Walau getaran jiwa aku rasakan, tapi entahlah. Semua
mimpi atau batu yang bicara.
Tujuh ratus kali aku bermimpi buruk dan lima ratus kali
aku bermimpi mendapat kebahagiaan
dan seribu kali aku tak bermimpi.
Temperatur
Oleh FAHMI NM
Dalam kesendirian aku berjumpa dengan keramaian
Anggun aku menatap kepedihan yang berkunjung
menatapku
Masalah dan masalah terus datang silih berganti
Hanya hayalan yang dapat menenangkan jiwaku
Walau perih tapi terpaksa
Kadang aku berpikir harus bagaimana?
Keluh kesah jati diri makin terdengar nyaring
Terbahak-bahak kotor dan bersih menggema
Panggilan nurani sisi dari hatiku pun bingung dengan apa yang kurasakan
Pernah aku berpikir untuk hal yang tak berguna dan
berdosa, hanya untuk mengejar kebingunganku
Maaf sejuta kali maaf aku memohon pada diriku
Garut, 12 Januari 2007
Lemari yang Berjasad
Oleh FAHMI NM
Aku… ingin hidup selayaknya yang hidup
Bosan dengan yang terlihat dan rasakan, kadang memang
itu sifatku untuk melawan takdir
Pernah terbayang untuk bergerak dan berbicara tapi tak
bisa
Aku… bosan dengan diri tegak, dan diam terus diam…
diam sehingga diam
Aku… muak dijadikan tempat yang hanya dijadikan
simpanan;
Pakaian simpanan
Uang simpanan
Barang simpanan, dan…
Wanita simpanan,,,,,,,,?
Aku… terluka meratapi dunia dan takdir jika aku bernyawa
dan menangis tersedu sedan.
Garut, 20 Juni 2006
Animo Atavisme
(hasrat yang kuat untuk memunculkan sifat-sifat terdahulu)
Olah FAHMI NM
Tertidur telungkup, kemudian aku terbangun dan
Melihat sesosok tubuh besar menjulang 12 kali lebih
besar dari tubuhku, kuperhatikan tangannya begitu putih
bagai kapan yang dibuat oleh rembulan, lalu kulihat
kakinya yang penuh dengan otot layaknya senjata
pandawa yang digunakan untuk melawan kurawa, serta
kemudian kupandang wajahnya… terus kupandang dan
kuamati lalu aku terbayang akan satu wajah yang begitu
amat kukenali, siapa wajah itu aku bertanya dalam hati
siapa… siapa wajah itu…?
Lalu aku pun sadar bahwa itu adalah wajahku… rupaku,
wajah… muka… rupa itu ternyata diriku!!!
Kalau itu diriku lalu aku ini siapa?
Jiwa ini milik siapa?
Kemudian terdengar suara lantang:
“Kau hanya kesia-siaan panjang dalam kenangan,
ketakberdayaan, kepenatan, dan keluhan panjang dan
itu semua telah menguasai hatimu, kau harus sadar
akan semua itu karena kau telah dikuasai oleh nafsu
yang tlah mengalahkan akal sehatmu. Dulu kau adalah
harapan, cita-cita, intan berlian dan hati banyi yang
suci bersih, tapi sekarang kau tak lain seperti
sebongkah batu yang dikubur di dalam tanah, atau
puing-puing reruntuhan yang dibawa oleh angin.
Apakah kau ingin tahu siapa aku? Aku adalah dirimu
yang telah kau buang dan injak-injak seperti kotoran,
dank au jadikan aku sampah busuk kemudian kau
lempar aku dalam suasana sepi dan mati, tapi
sekarang aku lahir kembali aku adalah pesona langit
dan matahari yang akan membakar dirimu, sekarang
aku adalah hujan yang datang setelah musim kemarau
berkepanjangan, dan sekarang aku adalah dirimu
yang nyata dan sebenarnya”.
Kemudian aku pun termeneung dalam kegelapan dan
kepahitan yang berujunbg kenistaan dan aku pun hilang
bersama puing-puing mimpi.